Bupati  Ashari Tambunan Resmi Buka Malam Pertunjukan Budaya Deli Serdang

Tanjung Morawa

Bupati Deliserdang H Ashari Tambunan bersama istri,Ny. Hj Yunita Ashari Tambunan merasa bergembira menyaksikan pergelaran Malam Pertunjukan Budaya Deliserdang 2019 di Pusat Promosi Produk Unggulan Daerah (P3UD) Tanjung Morawa,Sabtu (30/11) malam.

Sebelum sesi penampilan akhir, saat pergelaran budaya Melayu yang disuguhkan oleh Perkumpulan Pakpung Deliserdang, Bupati dan Istri turut berjoget bersama para penari dan pejabat lainnya.Bahkan mantan Wabup Zainuddin Mars dan Istri, mantan asisten I Syafrullah dan Istri, serta para camat dan undangan lainnya juga tak bisa mengelak untuk meronggeng.

Saat membuka acara tersebut, Bupati Ashari Tambunan mengatakan konteks kebudayaan yang diwariskan para leluhur terdahulu tidak boleh sirna dari bumi Deliserdang. Apalagi kabupaten itu didiami berbagai etnis dan suku bangsa yang pastinya juga memiliki kebinekaan seni dan budaya.

"Saya sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini. Sehingga peninggalan seni dan budaya tradisional tidak luntur dan tetap lestari di masyarakat. Ini sangat penting terlebih untuk diperkenalkan kepada generasi muda yang kini diterpa masuknya berbagai budaya asing," kata bupati.

Di Deliserdang, katanya, ada etnis Melayu, Jawa, Batak, Simalungun, Karo, dan lainnya. Semua keberadaan etnis dan suku bangsa ini membuat Deliserdang kaya dengan keberagaman. Semuanya tumbuh berkembang dan lestari untuk kita wariskan kepada anak cucu nantinya.

Sebelumnya Kadis Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata, Chairum mengatakan pertunjukkan yang mengangkat tema "Merajut Kepingan Budaya" itu bertujuan melestarikan dan mewarisi kebudayaan agar tak tergerus kemajuan zaman. Ia mengajak masyarakat menggali, mewarisi, dan mengembangkan kebudayaan yang hampir punah di tengah masyarakat.

"Pertunjukkan budaya malam ini juga sebagai wadah ekspresi bagi para pelaku seni yang ada di Deliserdang. Ke depan pergelaran seperti ini akan lebih kita tingkatkan, sebab masih banyak budaya lokal yang masih lestari namun belum sepenuhnya kita gali," imbuh Chairum.

Disaksikan seribuan penonton, pertunjukkan budaya itu diawali dengan atraksi silat puntaw dan hadrah (puji-pujian) yang ditampilkan Sanggar Rumpun Budaya Deliserdang. Kemudian penampilan makyong (sandiwara tradisional Melayu) oleh para seniman yang tergabung dalam Sanggar Sinar Budaya Kesultanan Serdang.  

Kesenian makyong yang sudah langka ditampilkan itu mampu menyedot perhatian penonton. Selain para pelakonnya yang komunikatif dan melibatkan penonton untuk menyampaikan pesan tersirat, juga disuguhkan secara kocak.

Berbeda dengan makyong, penampilam berikutnya ketoprak dor dari Sanggar Siswo Trisno Budoyo, Sampali, Deliserdang. Disayangkan, ide cerita yang ditampilkan tidak kekinian bahkan bahasa yang digunakan juga bercampur dengan bahasa inggil (Jawa). Sehingga kadang penonton hanya terpaku tapi tidak paham apa yang dibicarakan.

Tari manduda yang ditampilkan Sanggar Rumpun Budaya Deliserdang berikutnya,menjadi jeda sebelum gelaran berlanjut. Suasana kembali mencair saat Munir Nasution dan Syahtial Felani bersama grupnya,Perkumpulan Pakpong Deliserdang mampu memberikan hiburan segar. 

Tidak hanya dari lagu dan tari, tapi juga melalui dialog yang humoris dan mengocok perut penonton. Sebagai pemungkas,sekelompok generasi milenial menampilkan kolaborasi musik tradisonal dan modern untuk mengiringi lagu Si Togol.