Perkembangan Sebaran Prevalensi Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 (dua) tahun. Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seharusnya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Intervensi anak kerdil (Stunting) memerlukan konvergensi program/intervensi dan upaya sinergis pemerintah serta dunia usaha/masyarakat. Pada Tahun 2020, Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang telah mengadakan Rembuk Stunting dengan menetapkan 20 lokus desa untuk intervensi spesifik dan sensitif pada lokus tersebut.
Berdasarkan peta sebaran stunting di Kabupaten Deli menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase balita Stunting di Kabupaten Deli Serdang, tahun 2019 sebanyak 6,70% menjadi 2,64% di tahun 2020. Hal ini menunjukkan bahwa, adanya konvergensi program/intervensi Upaya percepatan pencegahan stunting telah mampu menurunkan persentase balita stunting di Kabupaten Deli Serdang.
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang guna menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi di masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), antara lain dengan Gerakan Sadar Gizi Menunjang 1000HPK, ,Orientasi dan Konseling ASI, Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor dalam Penurunan Stunting, Konseling Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA), Konsilidasi dan Konvergensi Lintas Sektor dan Lintas Program dalam Upaya Pencegahan Stunting, pemberian mikro nutrien (taburia), program penyehatan lingkungan, penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi.
Kabupaten Deli Serdang telah melakukan upaya inovasi dalam penurunan dan pencegahan stunting adapun inovasi yang dilakukan sebagai berikut pertama di Desa Emplasmen Kuala Namu membentuk Kelas Balita Stunting (Kebal Stunting) yang sasarannya adalah semua balita di Desa tersebut dan memperioritaskan balita stunting dengan memberikan edukasi dan melakukan pemantauan pertumbuhan balita. Inovasi kedua yaitu Si Nande Bundaku (Sayangi Ibu dan Anak Deli Serdang) yang dilakukan oleh Petuga Puskesmas Mulyorejo dalam memantau perkembangan ibu hamil dan bayi baru lahir serta memberikan edukasi seputar tentang kehamilan misalnya tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan. Inovasi ketiga yaitu Simamak (Sayang Ibu Melahirkan Anak Mendapat Akte) Program yang di buat oleh Puskesmas Galang yang memberikan Akte lahir untuk mempermudah ibu yang selesaih melahirkan mendapatkan Akte Lahir. Inovasi keempat yaitu Marjaga Hati (Mari Buat Jamban Sehat Hari Ini dan Tidak Nanti) yaitu Program Sanitasi yang dilakukan oleh Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan dalam membentuk Desa Stop BABS di Desa Lokus Stunting.
Faktor Determinan Yang Memerlukan Perhatian.
Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi (stunting) balita khususnya baduta, adalah penggunaan jamban sehat, Pemberian ASI Eksklusif, kunjungan balita ke posyandu, dan perilaku merokok. Beberapa wilayah mengalami kesulitan dari segi ketersediaan jamban ataupun air bersih ada beberapa daerah yang mana hal tersebut merupakan perilaku yang sulit untuk diubah. Berikut yang memerlukan perhatian adalah Remaja Putri telah mendapatkan intervensi berupa pemberian Tablet Tambah Darah baik remaja yang ada di sekolah. Namun, ada sebagian remaja putri yang masih belum mau mengkonsumsi TTD secara teratur meskipun telah mendapatkannya karena kurangnya motivasi diri ataupun minat remaja putri tersebut untuk megkonsumsi TTD tersebut. Begitu juga dengan perilaku ibu tentang pentingnya pemberian ASI Ekslusif, yang saat ini masih ada beberapa kecamatan yang cakupan ASI Ekslusifnya rendah.
B. Perilaku Kunci Rumah Tangga 1000 HPK yang Masih Bermasalah
Adapun masalah yang dapat mempengaruhi perilaku kunci rumah tangga 1000 HPK yang terjadi di desa yaitu Pola Asuh Balita, Pola Konsumsi Ibu hamil dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang masih membutuhkan intervensi dan pembinaan. Cara mengatasi permasalahan stunting dapat dilakukan berbagai upaya antara lain dengan memperbaiki gizi ibu hamil seperti pemberian makanan tambahan terutama bagi ibu hamil yang mengalami Kurang Energi Kronis (KEK), memberikan Tablet Tambah Darah (TTD) bagi ibu hamil, melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) bagi bayi baru lahir, pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif bagi bayi, pemberian MP-ASI bagi bayi mulai usia 6 bulan, pemberian vitamin A, pemenuhan imunisasi dasar lengkap, pemantauan tumbuh kembang Balita, meningkatkan akses sanitasi dan melakukan upaya promosi bagi keluarga untuk menggiatkan Perilaku Hidup Bersih (PHBS) di rumah tangga.
C. Kelompok Sasaran Berisiko
Kelompok beresiko yang perlu mendapatkan perhatian anatara lain Calon Pengantin, Ibu hamil, Bayi, dan Usia Bawah Dua tahun (Baduta) danRemaja Putri perlu disiapkan untuk menjadi calon pengantin pada usia idealnya, sehingga saat hamil dapat menjadi ibu hamil yang sehat dan berperilaku sehat, sehingga bayi yang dikandungpun dapat lahir dengan selamat, sehat dan cerdas. Bayi yang telah dilahirakan tersebut berhak untuk mendapatkan ASI eksklusif dan Pemberian Makan Bayi dan Anak yang sesuai sehingga pertumbuhan otaknya dapat optimal dan meningkatkan angka kualitas hidup Kabupaten Deli Serdang di masa depan.